Sampang||Saktehnews.com - Suasana berbeda menyelimuti upacara peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia di Pendopo Trunojoyo, Minggu (17/8/2025). Tidak hanya menjadi momentum sakral bagi bangsa, peringatan kemerdekaan kali ini juga bertepatan dengan milad ke-53 Bupati Sampang, H. Slamet Junaidi.
Dengan balutan pakaian adat, Slamet Junaidi akrab disapa Aba Idi memimpin prosesi sebagai inspektur upacara. Langkahnya tenang, ucapannya lantang, menandai khidmatnya peringatan di kota berjuluk Kota Bahari tersebut.
“Alhamdulillah, upacara berjalan lancar. Tentu ini menjadi spirit bagi kita semua untuk terus menjaga bangsa ini, membangun Sampang lebih maju, dan mendorong Jawa Timur agar semakin baik,” ucap Aba Idi usai prosesi, menegaskan harapannya di tengah usia baru yang ia rayakan bersama masyarakatnya.
Upacara yang dimulai sejak pukul 07.00 WIB itu dihadiri Wakil Bupati KH. Achmad Mahfudz AQ, Ketua DPRD Rudi Kurniawan beserta jajaran, unsur TNI-Polri, kepala OPD, pelajar, hingga berbagai organisasi masyarakat.
Momen paling istimewa terjadi ketika Aba Idi menyerahkan penghargaan di depan peserta upacara. Di barisan polisi cilik, terselip sosok putrinya, Nashifa Khaira Lufna Junaidi. Kehadiran Nashifa menjadi simbol keterhubungan antara pengabdian negara dan keluarga. Ia merupakan putri dari almarhumah H. Mimin Hariyati Slamet Junaidi, sosok yang dikenal berjasa besar dalam memperjuangkan peran kaum perempuan di Sampang.
Kehadiran Nashifa di panggung upacara tak hanya mengundang haru, tapi juga seakan melanjutkan jejak perjuangan ibundanya. Almarhumah Mimin Hariyati semasa hidup dikenal sebagai sosok perempuan tangguh yang mendorong keterlibatan kaum perempuan dalam ruang publik dan sosial. Banyak pihak menilai, semangat yang diwariskan Mimin kini seperti dititipkan kepada generasi penerusnya.
Bagi warga Sampang, momentum ini terasa lebih dari sekadar seremonial kenegaraan. Ada nuansa personal, emosional, dan historis yang berpadu dalam satu panggung. Sebuah gambaran bahwa kemerdekaan bukan hanya peristiwa bangsa, melainkan juga kisah keluarga yang turut memberi warna dalam perjalanan daerah.
Bupati Aba Idi sendiri menyadari bahwa amanah kepemimpinan di usia yang semakin matang adalah pekerjaan besar. “Tantangan ke depan tidak ringan, terutama soal pemerataan pembangunan, pengentasan kemiskinan, dan peningkatan kualitas pendidikan. Tapi dengan semangat kemerdekaan, kita harus yakin bisa menghadapinya bersama-sama,” ujarnya menutup sambutan.
Delapan puluh tahun Indonesia merdeka dan lima puluh tiga tahun perjalanan seorang putra daerah bertemu dalam satu titik waktu. Di antara derap pasukan pengibar bendera dan riuh tepuk tangan peserta upacara, terselip pesan bahwa sejarah bangsa dan perjalanan pribadi pemimpin daerah sejatinya berjalan beriringan. Keduanya adalah cermin: kemerdekaan adalah kerja kolektif, dan kepemimpinan adalah amanah yang kelak juga akan diukur oleh sejarah. (Fit)